Ada satu momen kecil yang sering tidak disadari para orang tua, tetapi sebenarnya sangat besar dampaknya: momen ketika anak memegang buku pertamanya, membolak-balik halaman yang belum bisa ia baca, lalu menunjuk gambar sambil bertanya, “Ini apa?”.Di situlah perjalanan literasi dimulai bukan dari huruf, bukan dari kata, tetapi dari rasa ingin tahu.
Sebagian orang tua berpikir bahwa
literasi hanya soal mengajari anak membaca lebih cepat. Padahal literasi jauh
lebih luas: ia mencakup kemampuan memahami, mengolah informasi, bertanya,
bercerita, dan merasa nyaman dengan dunia pengetahuan. Dan proses itu idealnya
dimulai sejak usia dini, ketika otak anak sedang berada pada fase paling
optimal menerima stimulasi.
Namun, mengenalkan literasi sejakkecil bukan berarti memaksa anak belajar membaca formal. Justru yang dibutuhkan
adalah membangun kebiasaan membaca anak, membuat pengalaman mengenal buku
terasa hangat, menyenangkan, dan emosional. Ketika proses ini dilakukan dengan
tepat, anak tumbuh dengan rasa cinta terhadap belajar tanpa paksaan.
Literasi Dimulai dari Kehangatan Orang Tua

Pada usia dini, mengenalkan
literasi pada anak sangatlah penting, anak belajar lebih banyak dari meniru
ketimbang instruksi. Karena itu, salah satu bentuk dukungan orang tua dalam
literasi yang paling efektif sebenarnya sangat sederhana: membacakan buku
dengan suara lembut sebelum tidur, duduk bersama sambil menjelaskan gambar,
atau sekadar bercerita berdasarkan buku yang sedang dibuka.
Kedekatan emosional ini
menciptakan asosiasi positif terhadap buku. Anak belajar bahwa membaca itu
bukan tugas, melainkan momen bersama orang yang ia sayangi. Dari sinilah membangun
kebiasaan membaca anak bisa mulai terbentuk, tanpa ia sadari bahwa ia sedang
belajar.
Dan menariknya, banyak penelitian
menunjukkan bahwa anak yang dibacakan buku secara rutin cenderung memiliki
kosakata lebih banyak, rasa percaya diri lebih tinggi, bahkan kemampuan sosial
yang lebih baik. Jadi, kegiatan sederhana ini sebenarnya adalah investasi
jangka panjang.
Memperkenalkan Buku dengan Cara yang Anak Suka
Banyak orang tua ingin mengenalkan
literasi pada anak anak mereka dengan membaca sejak dini, hingga kadang lupa
bahwa minat anak justru tumbuh ketika prosesnya dibuat menyenangkan. Maka dari
itu, coba mulai dengan kegiatan literasi untuk anak yang sesuai minat mereka.
Jika anak suka hewan, pilih buku bergambar tentang kebun
binatang.
Jika anak suka warna, pilih buku dengan ilustrasi yang mencolok.
Jika anak suka suara, pilih buku bunyi atau buku kain yang bisa diremas.
Kuncinya bukan pada kesempurnaan
materi, tetapi pada kenyamanan anak. Jangan takut bila anak tidak mau duduk
diam. Anak usia dini memang tidak dirancang untuk fokus lama, jadi biarkan
mereka eksploratif. Membiarkan anak memegang buku, membuka halaman bolak-balik,
atau bahkan membawanya ke mana-mana adalah bentuk awal literasi yang sangat
berharga. Di tahap inilah, orang tua kembali memainkan peran penting. Dengan
konsisten terlibat, perlahan dukungan orang tua dalam literasi membentuk
fondasi positif yang akan bertahan hingga anak tumbuh besar.
Jembatan Antara Imajinasi dan Pemahaman
Jika ada satu metode dalam mengenalkan
literasi pada anak yang terbukti efektif dan disukai anak, jawabannya adalah
storytelling. Melalui cerita, anak belajar tentang emosi, karakter,
sebab-akibat, dan empati. Bahkan ketika belum bisa membaca pun, storytelling
membantu mereka memahami alur.
Saat storytelling dilakukan dengan ekspresi wajah, intonasi suara, atau gestur tangan yang dramatis, anak akan merasa seperti sedang menonton film langsung dari mulut orang tuanya. Dan di balik itu, ada proses literasi yang berjalan: mengenal kosakata, memahami konteks, bahkan belajar menyusun kalimat. Storytelling juga bisa menjadi salah satu kegiatan literasi untuk anak yang bisa dilakukan kapan saja, saat menunggu makan, waktu mandi, atau sebelum tidur. Ceritanya tak harus selalu berasal dari buku cerita tentang masa kecil orang tua, pengalaman lucu, atau dongeng karangan spontan pun bisa.Yang terpenting, anak merasa bahwa literasi itu menyenangkan.
Membangun Rutinitas yang Hangat (Bukan Memaksa)
Banyak orang tua ingin anak
tumbuh cerdas. Namun terkadang, tekanan membuat aktivitas literasi berubah
menjadi kewajiban. Anak jadi malas membaca karena merasa dipaksa. Maka dari
itu, rutinitas literasi harus dibangun dengan lembut.
Mulailah dengan 5–10 menit
sehari. Jadikan rutinitas itu sebagai bagian dari kehidupan anak, bukan sebagai
hukuman atau pekerjaan rumah. Misalnya:
- Setiap malam sebelum tidur, bacakan 1 halaman buku.
- Setelah bangun pagi, ajak anak memilih buku bebas
dari raknya.
- Saat bepergian, bawa satu buku kecil sebagai teman
jalan.
Konsistensi kecil seperti ini
jauh lebih efektif daripada sesi belajar panjang yang membuat anak bosan.
Lambat laun, proses ini membantu membangun kebiasaan membaca anak, yang
akhirnya menjadi bagian alami dari hidupnya.
Mengenal Berbagai Media Literasi Sejak Dini
Buku memang penting, tapi
literasi tidak hanya terbatas pada buku. Anak bisa belajar melalui:
- kartu gambar,
- poster alfabet,
- majalah anak,
- komik visual sederhana,
- video edukasi yang interaktif.
Variasi media membuat anak tidak
cepat bosan. Yang terpenting, orang tua tetap hadir mendampingi. Hadirnya dukungan
orang tua dalam literasi membantu anak memahami konten dengan benar, sekaligus
menjaga agar anak tetap berada pada media yang sesuai usia.
Menumbuhkan Kebiasaan Bertanya dan Bercerita
Dalam upaya membangun kebiasaan
membaca anak, perlu kita tekankan tentang “Literasi bukan hanya membaca, tetapi
juga kemampuan mengekspresikan diri”. Maka, biasakan anak bertanya. Ketika anak
bertanya “Kenapa awan bisa bergerak?”, jangan jawab singkat. Tanyakan balik:
“Menurut kamu kenapa?”. Memberikan ruang pada anak untuk berpikir adalah bagian
dari kegiatan literasi untuk anak yang sering terlupakan.
Setelah membaca buku, ajak anak bercerita:
“Bagian mana yang paling kamu suka?”
“Tokoh mana yang lucu?”
“Apa yang terjadi di akhir cerita?”
Pertanyaan sederhana ini
membangun kemampuan berpikir kritis dan komunikasi sejak dini.
Literasi adalah Hadiah Terbaik bagi Masa Depan Anak

Mengenalkan literasi sejak usia dini bukan tentang memastikan anak bisa membaca cepat, tetapi tentang menciptakan hubungan positif antara anak dan dunia pengetahuan.Dengan membangun kebiasaan membaca anak, menyiapkan berbagai kegiatan literasi untuk anak, serta memastikan konsistensi dukungan orang tua dalam literasi, anak akan tumbuh menjadi pembelajar yang percaya diri, penasaran, dan tidak takut menghadapi dunia yang terus berubah.Dan di balik semua itu, orang tualah yang menjadi tokoh utama bukan sebagai guru, tetapi sebagai pendamping perjalanan literasi yang penuh cinta




