Pernah nggak sih kamu ngerasa hidup sekarang tuh kayak lomba lari tanpa garis finis? Setelah sebelumnya kita membahas tentang quarter life crisis, dimana kita selalu merasa segalanya masihbelum maksimal, hal ini juga selaras dengan zaman yang berjalan dengan sangat cepat.
Baru mulai sesuatu, udah harus dikejar yang lain. Belum selesai satu target,
muncul lagi seribu notifikasi di kepala, kerjaan, kuliah, side hustle, konten,
sampe ekspektasi orang-orang di sekitar.
Selamat datang di era serba
cepat, di mana semua orang pengen jadi yang paling dulu, paling tahu, dan
paling update. Tapi, pernah nggak kamu mikir: apa kita beneran harus ikut
balapan terus?
Kita Hidup di Zaman yang Nggak Pernah Diam
Scroll dikit, ada orang yang baru
lulus S2. Geser lagi, ada yang launching bisnis fashion, atau viral karena
skill desainnya keren. Kadang rasanya kayak dunia berputar lebih cepat dari
kemampuan kita buat ngikutin.
Teknologi memang bikin hidup
lebih efisien, tapi juga lebih melelahkan. Karena kita jadi merasa harus selalu aktif, harus selalu produktif,
dan nggak boleh “kalah cepat”. Padahal, kalau dipikir lagi, nggak semua hal
perlu dikejar bareng waktu. Kadang, justru berhenti sebentar bisa jadi cara terbaik buat nggak
tersesat.
Fenomena “Balapan Hidup” di Kalangan Gen Z

Gen Z dikenal ambisius, kreatif,
dan punya semangat tinggi, tapi juga generasi paling rentan burnout. Kita tumbuh di tengah dua hal yang kontradiktif:
- Dunia digital yang serba instan,
- dan realita hidup yang butuh proses.
Hasilnya? Banyak dari kita
ngerasa “tertinggal”, bahkan ketika sebenarnya lagi berproses. Buka TikTok, ada yang udah punya passive income di umur 22. Buka LinkedIn, ada
yang baru magang tapi udah punya startup. Dan kita? Lagi mikir, “kok gue
gini-gini aja, ya?”
Tapi, percaya deh hidup bukan
lomba sprint, tapi marathon. Setiap orang punya pace masing-masing. Dan
yang penting bukan seberapa cepat kamu jalan, tapi seberapa sadar kamu
melangkah.
Pelan Bukan Berarti Kalah
Kita sering salah kaprah sama konsep “cepat.” Cepat = sukses. Lambat = gagal. Padahal, yang lebih penting adalah arahnya benar atau nggak. Kamu bisa aja ngebut, tapi kalau arahnya salah, ya tetap nyasar. Sementara orang lain yang jalan pelan tapi konsisten, bisa sampai duluan ke tujuan yang sebenarnya dia mau.Jadi, kalau sekarang kamu lagi pelan, jangan ngerasa tertinggal. Mungkin kamu cuma lagi menata Langkah, biar nanti pas lari, nggak jatuh.
Mindful Living : Seni Menikmati Proses
Salah satu skill paling
underrated di era cepat ini adalah mindfulness yaitu kemampuan buat
sadar sama apa yang lagi kamu jalanin sekarang. Bukan cuma ngerjain, tapi ngehidupin
setiap prosesnya. Kamu nggak harus ngebut buat dibilang produktif. Produktif
itu bukan soal seberapa banyak yang kamu lakuin, tapi seberapa bermakna
hasilnya buat kamu.
Coba deh mulai dari hal kecil:
- Matikan notifikasi sejam aja pas belajar.
- Fokus satu task tanpa multitasking.
- Nikmatin waktu istirahat tanpa rasa bersalah.
Itu bukan males, itu strategi
biar kamu nggak kebakar habis di tengah jalan.
Belajar Nggak Harus Ngebut, Tapi Harus Konsisten
Di dunia yang berubah secepat
ini, kemampuan buat terus belajar itu wajib. Tapi belajar pun nggak
harus terburu-buru. Kadang kita pengen bisa semua hal sekaligus desain, bisnis,
SEO, bahasa asing, coding sampai
akhirnya malah burnout duluan. Belajar yang efektif itu bukan yang cepat, tapi
yang nyantol dan nempel. Makanya, penting banget punya ritme belajar
yang sesuai sama kamu.
Nah, di sinilah muncul platform seperti Fitacademy, tempat belajar digital yang santai tapi tetap terarah. Di Fitacademy, kamu bisa belajar berbagai skill relevan dengan gaya fleksibel dan bisa di mana aja, kapan aja, tanpa tekanan buat “harus cepat jago”. Konsepnya bukan kejar-kejaran, tapi proses bertumbuh yang konsisten.Karena pada akhirnya, ilmu yang beneran berguna itu bukan yang dipelajari cepat, tapi yang kamu pahami dalam.
Cara Bertahan di Era Serba Cepat (Tanpa Kehilangan Diri)
Oke, kalau dunia makin cepat,
terus gimana caranya biar kita tetap waras?
1. Tentuin Ritme Hidupmu
Sendiri
Bukan orang lain yang nentuin
kecepatan hidupmu. Kamu yang paling tahu kapan harus gas, kapan harus rem.
2. Fokus ke Kemajuan, Bukan
Perbandingan
Bandingin diri terus itu capek
banget. Fokus aja sama progress kecilmu sendiri sekecil apapun itu, tetap
langkah maju.
3. Detach dari “FOMO”
Ketinggalan tren itu nggak dosa. Nggak
semua hal harus kamu ikutin. Pilih yang relevan dan bermanfaat aja.
4. Belajar Tanpa Tekanan
Belajar itu maraton jangka
panjang, bukan sprint 100 meter. Nikmati setiap prosesnya, dan jangan takut
pelan.
Jeda Itu Penting
Kita sering mikir kalau berhenti
itu artinya kalah. Padahal, kadang berhenti itu justru cara buat mulai lagi
dengan arah yang lebih jelas.
Jeda bikin kita punya waktu buat
refleksi: Udah di jalan yang benar belum?
Apa tujuan kita masih relevan? Apakah yang kita kejar beneran buat diri
sendiri, atau cuma buat validasi? Dan dari situ, kamu bisa mulai lagi dengan
langkah yang lebih ringan.
Hidup Nggak Harus Dikejar, Cukup Dijalani
Di era serba cepat, kita sering lupa: manusia itu bukan mesin. Kamu boleh pelan. Kamu boleh lelah. Kamu boleh istirahat. Asal jangan berhenti tumbuh.Karena hidup bukan tentang siapa yang sampai duluan, tapi siapa yang bisa tetap jalan dengan sadar, menikmati tiap momen, dan tahu kenapa dia berjalan.
So, buat kamu yang ngerasa hidup
ini balapan tanpa henti, tarik napas dulu. Dunia bakal tetap muter kok, bahkan
kalau kamu berhenti sejenak. Yang penting, nanti pas kamu lanjut jalan lagi,
kamu tahu ke mana arahmu.




