Belajar di Era Gen Z: Serba Digital, Serba Cepat
Pernah nggak sih kamu lagi belajar serius, tapi tiba-tiba kepikiran buka YouTube “sebentar aja deh” yang ujung-ujungnya malah nonton video 1 jam? atau niat baca materi kuliah, eh malah sibuk balesin DM? Kalau pernah, tenang aja itu ciri khas banget anak Gen Z.
Generasi Z (1997–2012) hidup di tengah derasnya arus digital. Sejak kecil, mereka udah terbiasa multitasking: buka laptop sambil scroll medsos, belajar sambil dengerin musik, atau ngerjain tugas sambil chatting di grup. Ritme hidup yang serba cepat ini bikin cara belajar lama yang kaku, monoton, dan full ceramah jadi terasa kurang relevan.
Nah, di sinilah model pembelajaran fleksibel muncul sebagai solusi. Fleksibel artinya belajar nggak harus selalu terikat tempat dan waktu. Bisa di rumah, di café, atau bahkan lewat HP. Bisa belajar sebentar-sebentar dengan metode microlearning, atau lebih fokus dengan timer kayak Pomodoro. Intinya, cara belajar ini dirancang biar sesuai sama kebiasaan digital Gen Z: cepat, praktis, tapi tetap efektif.
Model Pembelajaran Apa yang Sesuai untuk Generasi Z?
Kalau ngomongin soal gaya belajar, Gen Z punya ciri khas tersendiri. Mereka lahir di tengah arus digital, di mana informasi bisa didapat hanya dengan sekali klik. Jadi wajar kalau mereka lebih suka belajar yang:
-
Praktis & cepat → informasi singkat lebih gampang dicerna. Mereka lebih senang nonton video 5 menit yang padat dan jelas daripada membaca teks panjang.
-
Interaktif → diskusi, kuis, polling online, atau belajar lewat aplikasi bikin mereka lebih semangat. Pasalnya, mereka cenderung lebih mudah paham kalau mereka ikut terlibat dalam proses belajar.
-
Visual oriented → video, infografis, atau ilustrasi lebih “nyantol” di otak. Data dari Pearson Education Report (2021) menunjukkan bahwa 65% Gen Z lebih memilih belajar lewat konten visual dibandingkan hanya membaca materi teks.
-
Fleksibel → nggak harus di ruang kelas. Bisa sambil ngopi di café, rebahan di kamar, atau bahkan saat commuting. Buat mereka, waktu dan tempat belajar harus bisa menyesuaikan gaya hidup, bukan sebaliknya.
Metode Belajar Fleksibel yang Cocok untuk Gen Z
Beberapa metode belajar yang benar-benar nyambung dengan karakteristik Gen Z antara lain:
-
MicrolearningBelajar dalam potongan kecil, sekitar 5–10 menit. Model ini cocok banget untuk anak muda yang punya rentang fokus pendek karena distraksi digital. Misalnya, belajar kosakata bahasa Inggris lewat video pendek atau flashcard interaktif. Menurut penelitian dari Journal of Applied Psychology, microlearning bisa meningkatkan retensi pengetahuan hingga 20% lebih baik dibanding metode tradisional.
-
Blended LearningKombinasi antara kelas online dan tatap muka. Dengan cara ini, kalian bisa tetap merasakan fleksibilitas digital sekaligus interaksi nyata dengan teman atau pengajar. Misalnya, mereka bisa belajar teori lewat modul online di rumah, lalu praktek langsung saat sesi offline. Fleksibilitas ini bikin pengalaman belajar lebih seimbang.
-
Game-Based LearningBelajar sambil bermain. anak-anak remaja ini dikenal punya gaming culture yang kuat, jadi memasukkan elemen game ke dalam proses belajar bikin mereka lebih antusias. Contoh: kuis interaktif berbasis poin, simulasi bisnis dalam bentuk game, atau aplikasi edukasi dengan level dan reward. Dengan cara ini, belajar terasa lebih seru dan nggak membosankan.
FitAcademy Hadir menjadi Solusi !
Cara Fokus Belajar di Rumah
Masalah paling klasik waktu belajar di rumah? Tentu saja distraksi digital. Notifikasi media sosial yang terus muncul, godaan rebahan di kasur, atau bahkan suara motor yang lalu-lalang bisa dengan mudah bikin konsentrasi buyar. Tapi tenang, ada beberapa cara praktis biar belajar di rumah tetap fokus. Pertama, ciptakan ruang belajar yang nyaman dan nggak perlu mewah, cukup meja rapi, lampu terang, dan suasana minim gangguan. Kedua, coba terapkan metode Pomodoro, yaitu belajar 25 menit lalu istirahat 5 menit, dan setelah empat sesi ambil jeda lebih panjang. Biar lebih seru, kamu bisa pakai aplikasi focus timer seperti Forest, di mana setiap kali berhasil fokus, kamu bisa “menumbuhkan pohon” virtual di layar. Selain itu, gunakan juga accountability partner dengan mengajak teman bikin grup belajar virtual, supaya ada yang saling mengingatkan kalau mulai terdistraksi. Menurut survei McKinsey (2022), lebih dari 65% mahasiswa Gen Z mengaku sering terdistraksi saat belajar online, tapi mereka merasa bisa lebih fokus ketika menggunakan metode belajar interaktif atau punya jadwal fleksibel. Nah, ini bukti nyata kenapa model pembelajaran fleksibel jauh lebih relevan buat generasi sekarang.
Karakteristik dan Metode Belajar Gen Z
Biar makin jelas, yuk kita breakdown karakteristik Gen Z dalam belajar:
-
Melek teknologi → lahir dan besar di era digital, udah pasti bikin mereka lebih nyaman menggunakan perangkat teknologi dalam belajar. Bagi mereka, video pembelajaran, e-book, aplikasi belajar online, atau platform seperti FitAcademy jauh lebih menarik daripada buku teks konvensional. Bahkan, menurut laporan Pearson Global Learner Survey (2021), lebih dari 70% Gen Z merasa belajar lewat video online lebih efektif dibanding hanya membaca buku.
-
Butuh interaksi → Gen Z ini nggak cukup kalau hanya jadi pendengar pasif. Mereka cenderung cepat bosan kalau belajar cuma lewat ceramah panjang. Supaya materi lebih nyantol, mereka butuh kuis interaktif, diskusi kelompok, atau simulasi langsung. Model pembelajaran yang memberikan feedback real-time lebih disukai karena terasa lebih hidup dan engaging.
-
Visual learner → Mayoritas kalangan remaja, lebih gampang menangkap informasi dalam bentuk visual, entah itu grafik, animasi, atau video singkat. Konten visual membantu mereka memahami konsep kompleks dengan lebih cepat. Itulah kenapa infografis, diagram, dan video 1–3 menit jadi format yang populer untuk mendukung proses belajar mereka.
-
Fleksibilitas tinggi → ingin punya kebebasan menentukan kapan, di mana, dan bagaimana mereka belajar. Mereka lebih suka belajar sambil ngopi di café, di rumah, atau bahkan saat perjalanan. Sistem belajar yang fleksibel, seperti microlearning atau blended learning, jauh lebih sesuai dengan ritme hidup mereka yang dinamis.
Nahh karena Generasi Z ini punya karakteristik belajar yang unik, yaitu digital native, butuh interaksi, cenderung visual, dan mengutamakan fleksibilitas. makanya metode belajar yang cocok harus bisa mengakomodasi semua kebutuhan ini mulai dari memanfaatkan media digital, memberikan pengalaman interaktif, hingga fleksibilitas dalam waktu dan tempat belajar. Nah, kalau kamu ingin belajar dengan cara yang lebih efektif, seru, dan sesuai gaya mereka, coba deh manfaatin platform kaya FitAcademy. Di sana, kamu bisa menemukan kelas online interaktif dengan materi visual yang relevan banget buat gaya belajar Gen Z. Yuk, mulai atur strategi belajarmu sekarang, biar belajar nggak cuma produktif tapi juga menyenangkan!