Apa Itu Procrastinating?
Kamu pasti pernah ngalamin momen
begini deadline tinggal besok pagi, tapi kamu malah scroll TikTok dua jam.
Atau tugas kuliah udah kebuka dari semalam, tapi rasanya otak nolak buat mulai
ngerjain. Nah, perilaku menunda yang kayak gini disebut procrastinating.
Secara sederhana, procrastinating adalah kebiasaan menunda aktivitas yang sebenarnya perlu dikerjakan, meskipun kita tahu konsekuensinya bakal bikin stres. Menariknya, perilaku ini bukan cuma soal malas. Banyak penelitian menunjukkan bahwa procrastinating lebih dekat ke kondisi emosi dan otak kita. mMenurut penelitian dari University of Calgary tahun 2023, sekitar 50 persen mahasiswa di dunia mengaku selalu menunda tugas. Jadi kalau kamu ngerasa ini cuma masalah kamu sendiri, tenang, kamu tidak sendirian.
Sejarah Procrastinating
Mungkin kamu pikir procrastinating adalah fenomena Gen Z. Nyatanya, kebiasaan menunda sudah dibahas sejak ribuan tahun lalu.Pada abad keempat sebelum masehi, filsuf Yunani bernama Hesiod sudah mengingatkan manusia soal bahaya menunda pekerjaan. Lalu masuk ke era modern, profesor Joseph Ferrari dari DePaul University mengungkapkan bahwa sekitar 20 persen orang dewasa adalah chronic procrastinators, alias penunda berat yang melakukan hal ini bukan hanya sesekali tapi jadi pola hidup.
Artinya, procrastinating sudah
menjadi sifat manusia yang melekat dari generasi ke generasi, hanya saja bentuk
gangguannya makin jelas terlihat di era digital karena distraksinya makin
banyak.
Mengapa Procrastinating Bisa Terjadi?
1. Respons Emosi, Bukan Masalah Waktu
Banyak orang mengira menunda pekerjaan terjadi karena buruknya manajemen waktu. Padahal, penyebab terbesar adalah emosi. Tugas yang susah, membosankan, atau membuat cemas bisa memicu kita menghindar dan memilih aktivitas yang terasa nyaman.Karena itu, memahami penyebab procrastinating sebenarnya membantu kita ngeh bahwa masalahnya ada di emosi, bukan jadwal.
2. Sistem Reward Otak
Ketika kita memilih bermain game
atau scroll media sosial, otak langsung melepaskan dopamin. Aktivitas ini
terasa menyenangkan dalam hitungan detik, sedangkan tugas yang butuh fokus
terasa berat. Akhirnya, otak memilih reward cepat meskipun dampak jangka
panjangnya tidak bagus.
3. Perfeksionis Berlebihan
Ini sering terjadi pada pelajar
yang ingin hasil paling sempurna. Karena takut salah, mereka justru menunda
mulai.
4. Distraksi Teknologi
Notifikasi, rekomendasi video,
dan endless scroll bikin otak kita terlalu mudah terdistraksi. Tidak heran dampak
procrastinating pada pelajar makin kelihatan karena gangguannya ada di
genggaman.
Dampak Procrastinating Pada Pelajar dan Mahasiswa
Kebiasaan menunda bukan cuma
bikin tugas menumpuk. Efeknya bisa lebih luas dari itu.
1. Stres dan Burnout
Saat deadline tinggal beberapa
jam, tubuh mengaktifkan hormon stres. Kalau terjadi terus menerus, kamu bisa
burnout.
2. Kualitas Belajar Menurun
Mengerjakan tugas terburu buru
membuat kualitas pemahaman berkurang. Tidak jarang hasil akhirnya jadi jauh
dari potensi terbaik kamu.
3. Menurunnya Percaya Diri
Ketika sering menunda, kamu jadi
merasa gagal mengontrol diri. Hal ini bisa menurunkan self esteem dan motivasi
belajar.
4. Menghambat Perkembangan Karier
Kebiasaan menunda bisa membuat
kamu sulit bersaing di dunia kerja yang membutuhkan ketepatan dan konsistensi.
Contoh Procrastinating di Kehidupan Pelajar
Kasus 1: Tugas Deadline Besok
Aldi adalah mahasiswa semester
tiga yang punya kebiasaan menunda ngerjain makalah. Setiap mau mulai, dia
merasa cemas dan takut hasilnya jelek. Akhirnya dia memilih main game dulu
untuk menenangkan diri. Akibatnya dia begadang, ngerjain dengan terburu buru
dan hasilnya kurang maksimal.
Kasus 2: Scroll Media Sosial
Berjam Jam
Rina pelajar SMA yang rajin, tapi
gampang terdistraksi. Setiap buka laptop mau belajar, dia justru buka TikTok
dulu dan baru sadar dua jam sudah lewat. Ini contoh bagaimana sistem reward
otak membuat kita memilih hal yang lebih menyenangkan.
Kasus 3: Perfeksionis yang
Berujung Diam
Bima ingin membuat portofolio
desain tapi selalu menunda memulai karena merasa karyanya belum cukup bagus.
Perfeksionisme ini membuatnya stuck berbulan bulan.
Cara Mengatasi Procrastinating yang Bisa Kamu Coba

Ada banyak cara buat ngurangin
kebiasaan menunda dan semuanya bukan tentang berubah total dalam sehari. Yang
paling penting adalah bikin langkah kecil yang konsisten. Semakin sering kamu
melatih otak untuk mulai, semakin cepat kebiasaan ini membaik.
1. Gunakan Aturan Dua Menit
Aturan ini simpel tapi efektif.
Kalau ada tugas yang bisa kamu mulai dalam waktu dua menit, mulai sekarang
juga. Misalnya buka dokumen tugas, tulis satu paragraf, atau beresin meja
belajar. Biasanya, ketika kamu sudah mulai, energi untuk lanjut akan muncul
dengan sendirinya. Dua menit itu cuma pemicu agar otak kamu keluar dari mode
menghindar.
2. Bagi Tugas Jadi Bagian Kecil
Tugas besar kelihatan
mengintimidasi karena kamu memikirkan semuanya sekaligus. Coba pecah jadi
bagian kecil dan fokus satu per satu. Otak jauh lebih mudah menerima instruksi
sederhana seperti “tulis satu paragraf dulu” dibanding “selesaikan makalah 10 halaman
hari ini”. Dengan begitu, kamu ngurangin tekanan emosional yang sering jadi
pemicu procrastinating.
3. Atur Lingkungan Bebas Distraksi
Distraksi kecil bisa merusak
fokus besar. Notifikasi HP, suara TV, atau tab media sosial yang kebuka bisa
bikin kamu lompat ke kegiatan yang lebih menyenangkan. Coba atur ruang belajar
yang tenang, taruh HP di luar jangkauan, atau aktifkan mode fokus di laptop.
Ketika lingkungan mendukung, kamu tidak perlu pakai energi ekstra buat ngontrol
diri.
4. Atur Target Harian yang Realistis
Banyak orang berhenti karena
targetnya terlalu ambisius. Padahal otak lebih suka konsistensi kecil daripada
perubahan besar yang tiba tiba. Mulai dari target ringan seperti belajar 20
menit atau menyelesaikan satu sub bab. Lama lama, kebiasaan ini membentuk pola
produktif yang stabil tanpa bikin kamu stres.
5. Gunakan Teknik Pomodoro
Teknik ini cocok banget buat otak
yang gampang bosan. Kamu fokus penuh 25 menit, lalu istirahat 5 menit. Pola ini
bikin otak tetap segar dan mengurangi rasa jenuh. Bahkan penelitian menunjukkan
teknik Pomodoro membantu meningkatkan fokus dan menurunkan stres saat
mengerjakan tugas berat. Cocok banget buat pelajar dan mahasiswa yang harus
belajar berjam jam.
6. Beri Reward Setelah Mencapai Target
Reward itu penting, bukan cuma
buat anak kecil tapi juga buat otak orang dewasa. Setiap kali kamu berhasil
menyelesaikan tugas kecil, kasih penghargaan ke diri sendiri. Misalnya nonton
satu episode, jajan minuman kesukaan, atau istirahat sebentar. Reward bikin
otak mengasosiasikan tugas produktif dengan rasa senang, sehingga kamu lebih
mudah mengulanginya.
7. Ikuti Kelas Pengembangan Diri Atau Skill Baru
Kalau kamu merasa kesulitan
mengatur waktu, bingung harus mulai dari mana, atau gampang kehilangan
motivasi, ikut kelas yang terstruktur bisa membantu. Banyak platform belajar
yang menyediakan materi tentang manajemen waktu, focus management, dan self development.
Dengan bimbingan yang jelas, kamu bisa membangun rutinitas yang lebih stabil
dan memahami cara kerja otak kamu sendiri.
Platform Fitacademy
Kalau kamu merasa kebiasaan menunda mulai mengganggu sekolah atau kuliah, Fitacademy bisa jadi tempat yang tepat untuk mulai mengubah kebiasaan. Ada banyak kursus yang bisa kamu ikuti, lengkap dengan sertifikat digital setelah selesai. Platform belajar ini dirancang modern dan fleksibel sehingga cocok untuk Gen Z yang ingin belajar dengan cara praktis dan menyenangkan. Kamu bisa belajar kapan saja sambil membangun portofolio dan meningkatkan skill penting buat masa depan.
Procrastinating bukan tanda kamu malas, tetapi respons otak dan emosi terhadap sesuatu yang terasa berat atau tidak nyaman. Dengan memahami penyebab procrastinating, menyadari dampak procrastinating pada pelajar, dan menerapkan cara mengatasi procrastinating yang tepat, kamu bisa membangun kebiasaan produktif yang lebih stabil.Tidak masalah mulai dari yang kecil. Yang penting kamu mulai.




