Internet dan Fenomena Bjorka
Pada akhir September 2025, masyarakat Indonesia kembali dihebohkan dengan kabar penangkapan seorang pemuda berinisial WFT yang diduga sebagai sosok di balik nama Bjorka. Nama ini bukan asing di telinga publik. Sejak beberapa tahun lalu, akun Bjorka kerap membuat geger dengan aksi peretasan dan penyebaran data.Namun, ada satu fakta menarik yang kemudian ramai diperbincangkan: ia ternyata bukan lulusan IT, bahkan disebut tidak menyelesaikan sekolah kejuruan. Kemampuannya dibangun dari hasil belajar otodidak melalui internet. Ia belajar dari forum-forum, tutorial online, hingga komunitas digital. Dari situ, ia mampu menguasai teknik yang membuat banyak orang terkejut.
Kasus ini kemudian menjadi cermin yang kuat. Internet terbukti dapat menjadikan siapa pun mampu belajar keterampilan teknis yang kompleks tanpa jalur pendidikan formal. Tetapi, sisi gelapnya pun jelas: penggunaan yang salah bisa berujung pada pelanggaran hukum.
Siapa Bjorka dan Mengapa Kasusnya Jadi Sorotan ?
Bjorka dikenal sebagai sosok anonim di dunia maya yang sering mengklaim memiliki data-data sensitif. Meski identitas aslinya sempat simpang siur, penangkapan WFT pada 23 September 2025 di Minahasa, Sulawesi Utara, menambah babak baru dari cerita ini. Polisi menemukan sejumlah barang bukti seperti ponsel, tablet, dan email yang terkait dengan aktivitas digitalnya.
Namun, poin penting dari kasus Bjorka bukan hanya pada aksinya, melainkan pada kemampuan otodidak yang ia miliki. Di satu sisi, hal ini menunjukkan bahwa internet bisa mendidik seseorang menjadi ahli, bahkan tanpa gelar. Di sisi lain, kasus ini menegaskan bahwa ilmu tanpa etika dan arah yang benar bisa berbahaya.
Kekuatan Internet sebagai Sumber Belajar
Internet saat ini ibarat perpustakaan terbesar di dunia. Bedanya, semua orang bisa mengaksesnya kapan saja, dari mana saja, dengan biaya yang relatif murah. Jika dulu seseorang perlu kuliah bertahun-tahun untuk belajar pemrograman, kini cukup membuka YouTube atau mengikuti kursus online, materi sudah tersedia secara gratis maupun berbayar.Banyak kisah inspiratif yang lahir dari internet. Misalnya, seorang desainer grafis yang belajar hanya dari tutorial gratis, lalu menjual jasanya di marketplace global. Atau programmer yang berawal dari hobi mengutak-atik aplikasi, kemudian mendapatkan pekerjaan di perusahaan teknologi internasional. Semua itu dimungkinkan karena internet membuka akses ke sumber belajar yang sebelumnya terbatas.
Kasus Bjorka hanyalah salah satu contoh bagaimana internet bisa membentuk seseorang menjadi ahli. Bedanya, ia memilih jalan yang keliru. Bayangkan jika keterampilan yang sama diarahkan ke bidang keamanan siber untuk melindungi data, tentu dampaknya akan jauh lebih positif.
Internet : Pedang Bermata Dua
Meski penuh peluang, internet tetaplah pedang bermata dua. Kemudahan mengakses ilmu bisa membawa pada dua arah: membangun atau merusak. Bjorka adalah contoh nyata bagaimana kemampuan digital bisa digunakan dengan cara yang salah.Karena itu, literasi digital menjadi sangat penting. Literasi digital tidak hanya berarti mampu menggunakan teknologi, tetapi juga memahami nilai etika, keamanan, dan tanggung jawab. Menguasai skill tanpa memikirkan dampaknya hanya akan membuat seseorang terjerumus pada masalah hukum.Generasi muda harus sadar bahwa setiap aktivitas digital meninggalkan jejak. Apa yang diunggah, dibagikan, atau dibuat di dunia maya bisa berdampak pada reputasi dan masa depan. Maka, semakin besar kemampuan yang dimiliki, semakin besar pula tanggung jawab yang harus dipikul.
Generasi Muda dan Akses Belajar Digital
Bagi mahasiswa dan pelajar, internet adalah modal besar untuk belajar. Tidak ada lagi alasan terbatas ruang dan waktu. Ada ribuan kursus gratis di platform seperti Coursera, edX, Dicoding, hingga YouTube. Komunitas online di GitHub, Discord, atau LinkedIn juga bisa menjadi tempat untuk berbagi ilmu sekaligus membangun relasi profesional.
Bahkan, internet bisa menjadi sarana untuk membangun personal branding. Seorang mahasiswa yang rajin membagikan hasil karya di Behance atau LinkedIn akan lebih mudah dilirik perusahaan. Seorang content creator yang konsisten mengunggah tutorial di TikTok atau Instagram bisa membangun audiens luas sekaligus karier.Di sinilah perbedaan besar antara memanfaatkan internet untuk hal bermanfaat dan untuk sekadar mencari sensasi. Keduanya sama-sama membutuhkan waktu, tetapi hasilnya sangat berbeda.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Kasus Bjorka bisa dijadikan bahan refleksi. Kita tidak perlu meniru langkahnya, tetapi bisa mengambil pelajaran dari cara ia belajar. Internet memang mampu menjadikan siapa pun ahli, tetapi pilihan arah ada di tangan masing-masing.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan generasi muda untuk memanfaatkan internet secara positif:
-
Ikut kursus online. Mulailah dengan topik yang diminati, seperti coding, desain, public speaking, atau digital marketing.
-
Bangun portofolio digital. Gunakan platform seperti GitHub, Behance, atau LinkedIn untuk memamerkan karya.
-
Gabung komunitas digital. Forum atau grup belajar online bisa jadi tempat berdiskusi, kolaborasi, dan mencari mentor.
-
Kembangkan literasi digital. Pahami aspek etika, keamanan, dan hukum dalam setiap aktivitas online.
-
Gunakan internet untuk berkarya. Buat konten edukasi, karya seni digital, atau inovasi kecil yang bisa membawa manfaat bagi orang lain.
Internet untuk Masa Depan, Bukan Jerat Hukum
Kasus Bjorka adalah peringatan sekaligus pelajaran. Internet bisa membuat seseorang tanpa pendidikan formal menjadi ahli, tetapi tanpa arah yang benar, kemampuan itu bisa menghancurkan diri sendiri.Generasi muda memiliki pilihan. Internet bisa menjadi pintu menuju karier global, inovasi, dan peluang tak terbatas. Tetapi juga bisa menjadi jebakan jika digunakan tanpa etika.Pada akhirnya, internet bukan sekadar alat. Ia adalah ruang belajar tanpa batas yang bisa mengubah hidup siapa pun. Tugas kita adalah memastikan bahwa perubahan itu mengarah pada kebaikan, bukan sebaliknya.
Gunakan internet untuk belajar, berkarya, dan membangun masa depan. Jangan biarkan kemampuan digitalmu berakhir di ruang sidang pengadilan, tetapi biarkan ia membuka jalan menuju kesuksesan dan kontribusi nyata bagi masyarakat.